Semoga Hari ini pikiran kita lebih terbuka bagi jalan baru yang terang menuju keberhasilan kita. Aamiin (Dede Usman)

Peradaban Manusia Menurut Agama Langit

Didalam menduga kebenaran suatu masalah, satu cara ilmu yang baku adalah melalui beberapa sampel atau contoh yang sama. Sampel hasil Penelitian atau Pengamatan akan dinyatakan sebagai bukti yang kuat, bila ada dua atau tiga contoh yang sama diambil dari tempat berbeda dan pada waktu yang berlainan.
Selama ini, para ilmuwan umumnya kurang tertarik menengok pada kitab-kitab agama, karena dianggap bukan buku ilmu. Anggapan ini didasarkan atas penilaian terhadap lingkungan masyarakat agama yang dogmatis, sehinggga kitab sucinya juga dinilai tidak rasional. Mungkin itu untuk sebagian agama, anggapan tersebut tidak dapat dihindarkan, karena tidak mamilki sampel pembanding. Tetapi kitab suci agama langit, punya sampel-sampel pembanding yang lebih dari cukup untuk memenuhi persyaratan yang ditetapkan ilmu.


Kitab-kitab itu diturunkan berurutan mengikuti proses evolusi, pada kurun waktu dan tempat yang berbeda. Kitab-kitab suci itu adalah : Taurat sebagai buku petunjuk ilmu pembuatan komputer mahabesar (Komputer Mahabesar = Alam raya), Zabur sebagai petunjuk teknik pembuatannya, Injil sebagai petunjuk hukum pembuatannya dan AlQur'an sebagai bayangan cermin ketiga buku panduan sebelumnya dalam "kesatuan khusus tiga-dimensi".

Selain petunjuk ilmu, Taurat dilengkapi dengan sejarah manusia sejak awal peradabannya hingga pemimpin akal (Rosul) Musa. Zabur, selain petunjuk teknologi, dilengkapi sejarah peradaban manusia hingga pemimpin akal Daud. Injil, selain petunjuk hukum, dilengkapi sejarah peradaban manusia hingga pemimpin akal Isa. Dan Alqur'an selain sebagai petunjuk gabungan dari ilmu-teknologi-hukum yang terdapat dalam buku tiga-dimensi "Taurat-Zabur-Injil", juga dilengkapi dengan sejarah peradaban awal hingga masyarakat dizaman pemimpin akal Muhammad.

Alasan diturunkannya secara bertahap keempat kitab tersebut, juga sangat rasional, mengikuti proses evolusi. Pada awal peradaban, karena Adam yang menjadi cikal bakal manusia modern mengalami hidup di dua alam (Surga dan Dunia), dia memiliki pengetahuan yang lengkap tentang alam ini dan Penciptaanya. Pengetahuan itu kemudian diturunkan kepada keturunannya, diperkuat oleh saksi hidup, yaitu Siti Hawa (Eve) istrinya yang juga mengalami hidup di dua alam. Saksi hidup itu sudah cukup untuk dipercayai manusia yang baru satu keluarga, sehingga etos mereka hampir tidak berkembang.

Tetapi ketika keturunan Adam mulai menyebar kelingkungan yang lebih luas dan ditempat barunya masing-masing menurunkan keturuan pula, maka banyak diantaranya yang kehilangan pegangan. Deraan peristiwa-peristiwa alam yang menakutkan dan membencanai, membuat mereka membayangkan Tuhan-tuhan sembahan yang banyak jenisnya. Inilah yang disebut oleh kosmologiwan disebut alam antropomorfik. Tetapi mereka tidak mengetahui bahwa diantara keturunan Adam itu ada jalur lurus dari pengetahuan murni terhadap Pencipta Yang Maha Tunggal.

Jalur lurus ini mempertahankan peradaban murni atau peradaban fitrah melalui para pemimpinnya, diataranya Idris, Nuh dan Salih. Para pemimpin ini berjuang menaikan kembali peradaban masyarakat lingkungannnya yang melorot turun dengan produk teknologi patung-patung sembahan serta setan-setan gentayangan, ditempat dan zamannya masing-masing.  Para pemimpin dan pengikutnya ini membentuk evolusi gelombang naik peradaban. Sementara para penentanganya membentuk evolusi gelombang turun. Dan produk teknologi patung-patung merekalah yang dijadikan ukuran peradaban manusia oleh para peneliti ilmu saat ini.

Peradaban Akal
Tidak ada yang benci kepada milah Ibrahim, kecuali orang yang memperbodoh dirinya sendiri. Sesungguhnya kami telah memilih Ibrahim (sebagai cikal-bakal pemimpin akal) didunia ini, dan diakhirat dia termasuk orang yang baik-baik. (Albaqoroh:130) 

Tidak seorangpun diantara umat agama langit yang tidak mengenal kisah nabi Ibrahim. karena kisahnya tercantum dalam keempat kitab suci agama langit. Dari satu kisah itu saja, yang muncul pada kurun zaman dan tempat yang berlainan, merupakan bukti yang tidak dibantah oleh ilmu. Sekaligus merupakan bukti dalam sejarah peradaban manusia, para ilmuwan sekarang samasekali mengabaikan berita dari buku panduan komputer Mahabesar. mereka lebih percaya pada puing-puing peradaban mitos.

Puing-puing peradaban produk teknologi manusia, menurut pandangan pembuat komputer mahabesar justru merupakan debu-debu pencemar yang mengotori komponen-komponennya, atau merupakan karat dari komponen komputer mahabesar itu, sehingga kecanggihannya tersendat-sendat. Akibatnya, karena pengamatan peradaban itu dilakukan terhadap karat dan debunya, yang dalam perjalanan evolusinya bertambah menumpuk, tentu saja tidak dapat melihat turun-naik gelombangnya. Tetapi coba kita lihat dari buku panduan komputer mahabesar terakhir.

Ketika malam telah gelap, dia (Ibrahim) melihat sebuah bintang, (lalu) dia berkata : "Inilah Tuhanku". Tetapi ketika bintang itu terbenam, dia berkata : "Aku tidak suka kepada yang terbenam",. Kemudian ketika melihat bulan yang terbit, dia berkata : "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku temasuk orang-orangyang sesat". Kemudian ketika dia melihat Matahari terbit, dia berkata : "Inikah Tuhanku? ini yang lebih besar". Maka tatkala Matahari terbenam, dia berkata : "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. sesungguhnya aku menghadapkan diriku kapada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan condong kepada peradaban yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan." (Al-An'am : 76-77)

Dari keterangan ayat ini, kita dapat melihat betapa rasionalnya cara Nabi Ibrahim dalam mencari Pencipta Komputer mahabesar itu. Akalnya tidak dapat menerima kepercayaan yang tidak masuk akal. Seruannya kepada kaumnya atau umat manusia, yang menurut sejarah itu dirajai oleh Namrud yang memiliki produk teknologi bangunan kerajaan megah. Ironisnya puing-puing peradaban yang megah itu justru dijadikan tolak ukur kemajuan suatu peradaban. Padahal itu adalah salah satu dari sekian ribu proses akal. Buktinya kesadaran atas potensi yang utama justru tidak nampak, hal ini terlihat dari dominasi mitos yang menonjol seperti kepercayaan pada dewa-dewa. Sedangkan Nabi Ibrahim dan para pengikutnya yang memiliki kesadaran atas potensi akal, terlepas dari pengamatan, karena tidak membuat produk teknologi.

Kisah Nabi Ibrahim yang peling terkenal dikalangan umat Islam, selain kepatuhannya yang tinggi terhadap hukum memalui qurban, adalah penghacuran patung-patung sembahan raja dan masyarakatnya. Dia menghancurkan semua patung sembahan itu dengan palu godam (besar), kecuali satu patung paling besar dibiarkan utuh. Kemudian palu itu digantungkan pada leher patung paling besar tersebut. Tuduhan Raja Namrud kepada nabi Ibrahim atas penghancuran patung-patung sembahan itu, dia lemparkan kepada patung paling besar, yang memegang palu godam sebagai bukti autentik.

Kisah itu demikian jelas membuktikan pemikiran Nabi Ibrahim yng sangat rasional  dan cerdas, serta menunjukan kepercayaan raja dan masyarakatnya yang tida rasional. Padahal mereka adalah pembuat teknologi yang megah sekaligus menguasi arsitektur tinggi, sebagai pertanda bahwa mereka berkebudayaan tinggi namun berperadaban rendah. Itulah sebabnya pada surat Albaqoroh ayat 150 bahwa mereka memperbodoh diri sendiri. Tidak beda dengan Charles Darwin dan para pendukung teorinya yang memperbodoh diri karena menganggap dirinya sebagai keturunan kera. Kebodohannya sama tetapi bentuknya berbeda. Dan inilah yang dirumuskan oleh persamaan gelombang kenisbian dan teori skalar-tensor dengan perubahan bentuk yang menyesuaikan.

Nabi Ibrahim adalah Rasul (utusan) Tuhan Pencipta alam. Tugas Rasul adalah penerang masyarakat agar beriman atau percaya kepada Pencipta itu secara rasional dan masuk akal. Juga tugas Rasul dalah mengingatkan terhadap hukum-hukum pencitaan, atau hukum-hukum fitrah yang berlangsung dalam evolusi. Fitrah atau jiwa khas manusia adalah Akal. Fitrah akal tidak mempercayai yang tidak diketehui atau tidak dimengerti akal.

Hukum fitrah adalah hukum kasih sayang yang adil. Ia berevolusi tergantung pada kepatuhan terhadapnya. Kalau akal mempercayai pada hal-hal yang tidak diketehui dan tidak dimengerti akal, berati ia melanggar hukum fitrahnya. Akal tahu yang baik dan yang buruk, yang bodoh dan yang pintar, yang maju dan yang mundur. Kalau akal melakukan yang buruk, yang bodoh dan yang mundur berarti dia tidak mengerti dan tidak mengetahui bahwa ia adalah buruk, bodoh dan mundur. Kalau dia tahu tetapi melakukannya juga, berarti memperburuk dan memperbodoh dan memundurkan dirinya. Hukum fitrah akan mengevolusikan akal menjadi yang tidak beradab, menjadi buruk, bodoh dan terbelakang. Jadi jika terjadi sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginannya, jangan menyalahkan kepada keadaan, apalagi kepada Tuhan, salahkan sendiri yang tidak mematuhi fitrah dan etosnya. Hukum kasih sayang yang hanya memproses apa yang dilakukan oleh kita sendiri. Inilah yang terkandung dalam kisah Nabi Ibrahim melalui Albaqoroh 130 dan Al-an'am 76-79.

Dari uraian sejarah tersebut, kita dapat menyimpulkan, kata "millah" pada Albaqoroh 130, bisa berarti "peradaban'". Dan melalui kisah Nabi Ibrahim itu, kita dapat membuat tafsir ayatnya sebagai berikut :

Tidak ada akal sehat yang akan membenci peradaban rasional yang dibawa Ibrahim, kecuali akal yang memperbodoh dirinya sendiri karena menolak dan tidak mau menggunakan akal sehatnya dalam mencari kebenaran ilmu dan mematuhi hukum-hukum penciptaan. Sesunggunya millah (hukum peradaban) telah memilih Ibrahim sebagai cikal bakal pemimpin akal didunia ini, dan di alam akhir kelak dia termasuk orang-orang yang bernasib baik, karena kepatuhan (akalnya) kepada fitrah dan hukumnya. 


Potensi Akal
Menurut urutan kerasulan Mahateknologiwan Pembuat Komputer Mahabesar, Nabi Ibrahim adala Rasul ke enam sejak Nabi Adam. Menurut sejarah, usia Adam sekitar 1000 tahun. Demikian juga usia Nabi Ibrahim yang mengajak umat manusia dizamannya kedalam peradaban rasional, berkeliling dari satu negara ke negara lain, termasuk kerajaan Fir'aun (Pharao). Kalau usia empat Rasul sebelumnya rata-rata ratusan tahun, dan selang waktu kemunculan mereka berjarak 1500-an tahun, maka sejarah peradaban manusia dari Nabi Adam hingga Nabi Ibrahim merupakan perjalanan waktu yang panjang. Dengan demikian kita dapat memperkirakan bahwa Nabi Ibrahim hidup sekitar 10.000 tahun setelah Nabi Adam.

Usia tengkorak tertua Homo Sapiens yang ditemukan ahli purbakala adalah sekitar 40.000 tahun, yang potensi akalnya sama dengan potensi akal manusia sekarang. Karena menurut penelitian para peneliti biologiwan, potensi akal adalah sejak 1000 juta tahun yang silam, atau setidak-tidaknya sejak 30 juta tahun yang silam, yang berubah-ubah adalah kesadaran atas potensi akalnya. Usia tengkorak manusia modern tertua yang ditemukan itu kira-kira sama dengan zaman kerasulan Nabi Ibrahim, paradaban manusia tidak lebih rendah atau lebih tinggi dari zaman Mesopotamia, Babilonia, Yunani kuno, Mesir kuno, Cina kunu, India kuno, bahkan peradaban yang telah dicapai manusia sekarang.

Ketika Nabi Ibrahim baru memulai misi peradabannya, kebudayaan masyarakat sudah tinggi tetapi peradabannya berada pada tingkat yang sangat rendah. Mereka membangun kerajaan-kerajaan besar dan megah, namun mereka juga membuat mitos-mitos seperti dewa-dewi yang dituangkan kedalam bentuk patung-patung dan kemudian dijadikan sembahan. Keadaan masyarakat demikian, terus berulang di zaman Mesopotamia, Babilonia, Yunani, Mesir, Iskadariah (Alexandria), Romawi, Maya juga berulang dizaman kegelapan Eropa, zaman Jahiliyah di awal misi Nabi Muhammad. Mereka menciptakan mitos-mitos, dijadikan patung-patung, dan kemudian dijadikan tidak bersembahan. Bahkan dizaman sekarang paradaban itupun terus berulang, dalam kebudayaan yang tinggi dengan perubahan bentuk yang menyesuaikan.

Sebaliknya, kelompok Nabi Ibrahim  yang mengajak kepada kepercayaan yang rasional, memiliki peradaban yang sangat tinggi. Ketinggian peradaban Ibrahim dan pengikutnya, tidak berbeda dengan para rasul lainya seperti Luth, Ismail, Ishak, Yakub, Yunus, Ayub, Suaib, Haun, Musa, Alyasa, Zulkifli, Daud, Sulaiman, Ilyas, Yunus, Zakariya, Yahya, Isa dan Muhammad dengan pengikutnya masing-masing. Juga ketinggian peradabannya tidak berbeda dengan kesadaran atas potensi akal para ilmuwan zaman Mesopotamia, Babilonia, Mesir, Yunani, Iskadariayah, Maya, Kekhalifahan Islam, Kesultanan Islam. Bahkan tidak lebih rendah dari kesadaran atas potensi akal manusia zaman sekarang diseluruh dunia yang mampu manjadi para penemu seperti Copernicus, Galileo, Keppler, Newton, Halley, Leonardo, Maxwell, Edison, Faraday dan seterusnya.

Kisah perjuangan para rasul dan pengikutnya sejak zaman Ibrahim, yang selalu mendapat tantangan keras dari para raja atau penguasa di zaman masing-masing yang memegang mitos, sama nilainya dengan dengan kisah perjuangan para ilmuwan seperti Aristarchus, Coppericus, Galileo, dan seterunya yang mendapat tantangan keras dari penguasa hukum baku dizamannya masing-masing. kisah perjuangan menegakan kebenaran ilmu dan hukm penciptaan, menunjukan bahwa mereka adalah para pemimpin akal untuk masyarakat manusia di zamannya masing-masing.

Kesadaran mereka atas potensi akalnya yang lebih tinggi dari masyarakat umum, merupakan bukti yang sesuai dengan penelitian otak yang dilakukan oleh para biologiwan. Dan para biologiwan itu juga adalah para pemimpin akal. Bedanya, kalau para rasul adalah para cikal bakal pemimpin akal (orang-orang yang sadar atas potensi akal, plus potensi akalnya dijalankan mengikuti hukum fitrah Maha Pecipta), sehingga mereka langsung diangkat secara resmi oleh Tuhan. Mereka tidak meninggalkan sisi lain dari pengabdiannya (pengabdian langsung pada Tuhan). Sedangkan para ilmuwan,walaupun memiliki tingkatan setingkat para nabi atau rasul karena penemuan ilmunya akan membawa kepada masyarakat yang maju, tetapi potensi akalnya belum tentu dijalankan mengikuti hukum fitrah Mahapencipta.

Putaran Peradaban
Maka kami telah meberikan pengertian kepada Sulaiman megenai hukum, dan kepda masing-masing mereka telah kami berikan kebijasanaan ilmu, dan telah kami tundukan gunung-gunug dan burung-burung, semua bertasbih bersama Daud. dan kamilah yang melakukannya. (Al-anbiya : 79)

Surat Al-anbiya berisikan kisah sebagian nabi-nabi dengan kemampuan ilmunya dalam melawan kebiadaban. Dengan menggunakan persamaan yang berlangsung dalam perubahan bentuk yang menyesuaikan, kita dapat mentafsirnya sebagai berikut :

Maka Ilmu telah memberi pelajarn kepada Sulaiman tentang hukum yang benar, dan kepada para nabi yang lainnya, hukum fitrah telah memberi kecerdasan dan ilmu karena mereka patuh kepada fitrahnya, dan ilmu mereka telah dapat menundukan para penguasa dan para mahluk yang bergerak cepat, semua mereka adalah para ilmuwan dan sebagiannya adalah para teknologiwan yang patuh kepada fitrahnya bersama Daud yang meguasai teknologi besi. Dan kemampuan mereka itu adalah ilmu yang melakukannya.

Kalimat yang ditebalkan dapat berlaku disegala bidang. Contoh, para penguasa bisa diartikan juga sebagai bangunan megah; mahluk yang bergerak cepat adalah jin, malaikat, dan setan. Tetapi pada zaman sekarang bisa diartikan sebagai pesawat terbang, komet, cahaya dan sebagainya. Ini adalah keluasan wawasan dari perubahan bentuk yang menyesuakan. Dan perubahan ini merupakan dari kesempurnaan Alqur'an yang mustahil ditandingi dengan oleh siapapun, sekalipun seluruh ilmuwan bergabung hendak menandinginya. Karena ia dapat menyesuaikan pada segala zaman, dari awal hingga akhir zaman. Dari ayat ini jelas sekali bahwa para nabi adalah para ilmuwan yang patuh pada hukum kasih sayang (fitrah).

Contoh sederhana yang mirip dengan diputuskan oleh Nabi Sulaiman dan Nabi Daud yang diberitakan Al-anbiya ayat 78, adalah keputusan yang sama dengan yang diambil oleh nabi Muhammad saat pemugaran Ka'bah. Ketika hendak menaruh Hajar Aswad yang sangat dihormati masyarakat Mekkah ke tempat semula, para pemimpin suku tidak ada yang mau mengalah. Masing-masing ingin mendapat kehormatan melakukannya, sehingga terjadi perselisihan antara suku yang hampir pecah menjadi peperangan.

Dalam situasi yang demikian, Nabi Muhammad yang waktu itu masih muda, dipanggil untuk mengatasi perelisihan, karena para pemuka suku mengetahui kecerdasannya. Apa yang dilakukan Nabi Muhammad adalah sederhana, dia menghamparkan jubahnya, dan menaruh Hajar aswad ditengah hamparan jubah itu. Lalu menyuruh kepala suku memegang ujung-ujung jubah tersebut, dan mengangkat bersama kesisi Ka'bah, kemudian Nabi menaruh hajar aswad itu pada tempatnya. Pemecahan sederhana, namu dibaliknya terkandung kecerdasan tinggi, yang tidak terpikirkan oleh para pemimpin suku yang pintar-pintar itu. Ini salah satu contoh dari cara "menundukan para penguasa" pada ayat tersebut.

Melalui ayat tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa para rasul selalu tampil disaat tingkat peradaban akal telah meluncur turun ke dasar yang paling rawan. Setiap kemunculan rasul peradaban merambat naik lagi. Tetapi sepeninggalnya peradaban meluncur turun kembali, tetunya dengan menggradasi, karena terjadinya perubahan situasi dan kondisi kehidupan dan penghidupan suatu lingkungan masyarakat, saling memengaruhi dengan masyarakat lingkungan lainnya.

Dengan turun-naiknya peradaban, maka peradaban dan sejarah terus berulang. Setiap satu putaran berisikan kesadaran-atas-potensi yang bertingkat-tingkat, mulai dari kesadaran alam antromorfik, antrofosentrik, hingga antropolgik. Dengan demikian, pada setiap putarannya, kita akan menyaksikannya seluruh tingkat evolusi yang mengurut dari yang paling rendah ke yang paling tinggi. Dalam hubungannya dengan teori evolusi Darwin, teori itu baru benar jika ada bukti-bukti hidup yang mengurut, tidak terputus-putus. Mengingat pada setiap putaran evolusi, semua tingkat dan tahapan evolusi itu hadir serempak, seperti serempaknya alam antropomorfik, antoposentrik,dan antropometrik dalam diri manusia.

Lebih jauh, putaran evolusi tidak benbetuk bundar seperti digambarkan oleh teori ekosistem, melainkan berbentuk gelombang turun-naik yang berpilin. Sebab putaran itu berlangsung dalam waktu, yang panahnya menunjuk kesatu arah, ke masa depan, dan masa lalu sudah dilewati, tidak dapat digunakan dua kali. Putaran bundar itu hanya menurut penglihatan tampak.

Salam pelangi...
Dede Usman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Anda