Perntanyaan ini seringkali ditanyakan oleh banyak anak muda di negeri ini,
“kenapa sih harus ikut pemilu/pilkada?”
“apa untungnya buat saya ngerti politik, emang pemimpin kita mikirin saya ?”
“Ah politik itu ujungnya pasti korupsi, males ah!”
Kalimat-kalimat seperti inilah yang acapkali keluar dari pikiran anak
muda Indonesia. Apakah salah? Saya tidak menyalahkan anak muda,
pemerintah, politisi, partai politik, atau siapapun. Tetapi saya
bermaksud sedikit memberikan pandangan kenapa politik itu penting untuk
diketahui oleh anak muda.
Sahabat semua, negeri kita Indonesia ini menganut sistem demokrasi
dalam tata cara pemerintahannya. Konsekuensi logis pertama dari
demokrasi kita adalah diadakannya pemilihan raya untuk memilih pemimpin
eksekutif dan legislatif (perwakilan rakyat) pada berbagai tingkatan
daerah. Pemilihan ini menggunakan sistem one-man-one-vote. Artinya tidak peduli tingkat pendidikan, ekonomi dan sosial, satu orang memiliki satu hak suara. Itulah menariknya demokrasi.
Data menunjukkan tingkat Golput (tidak mencoblos) pada berbagai
pilkada sangatlah tinggi, di Ibukota Jakarta yang notabenenya adalah
mereka yang memiliki akses informasi ternyata sangat tinggi, mencapai
37%. Bahkan ada kelakar yang mengatakan seharusnya putaran kedua Pilkada
Jakarta adalah Jokowi melawan Golput, karena raihan suraa Foke “hanya”
33%. Miris? Buat saya iya, mengapa? Karena rendahnya angka partisipasi
ini menunjukkan rendahnya antusiasme masyarakat terhadap perubahan.
Masyarakat memiliki hak untuk mengekspresikan kepuasan dan
ketidakpuasan setidaknya 5 tahun tiga kali, saat pemilu nasional, dan
pilkada provinsi dan kabupaten/kota. Bila ia puas maka ia akan memilih
incumbent, bila kecewa maka ia akan memilih pasangan alternatif.
Kesempatan ekspresi ini perlu kita perjuangan dengan menggunakannya
dengan baik. Sebelum era reformasi, kebebasan ini tidak dimiliki
sepenuhnya. Bila kita tidak menggunakannya maka, bisa jadi suara kita di
klaim atau dibajak oleh pihak tertentu. Maka manfaatkanlah suaramu sebelum oranglain memanfaatkan suaramu.
Konsekuensi selanjutnya dari demokrasi adalah hak menyampaikan
aspirasi. Mekanisme yang digunakan oleh Indonesia dalam hal ini adalah
perwakilan melalui sistem partai politik. Rasanya memang menjadi agak
aneh bila, kita menjadi anti terhadap partai politik, karena justru
merekalah corong opini kita ke pemerintah.
Terlepas dari lemahnya kualitas anggota legislatif dan rendahnya
kapasitas kelembagaan institusi perwakilan rakyat Indonesia. Kita harus
bisa memanfaatkannya untuk mendorong aspirasi kita atau daerah kita.
Maka langkah penting yang perlu kamu lakukan adalah, memastikan kamu
mengenal atau punya akses terhadap anggota legislatif pilihan kamu.
Sebelum pemilu saya selalu mencoba mencari informasi mengenai caleg
yang akan saya pilih, visi misi dan kontaknya. Sehingga ketika ia kelak
terpilih, saya bisa langsung menyampaikan aspirasi saya melalui kontak
yang saya miliki. Bagaimana bila ternyata ia tidak menghiraukan apsirasi
saya, mudah saja, pengadilan lima tahunan akan berlangsung kembali.
Saya bisa memastikan tidak akan memilih caleg tersebut berikut juga
partainya.
Bila kita sebagai anak muda apatis terhadap hak kita menyampaikan
aspirasi ini, maka aspirasi siapa yang nantinya akan dijalankan oleh
aleg terpilih? Jangan sampai ia hanya perjuangan aspirasi diri serta
partainya. Maka manfaatkanlah hak politik kamu agar kamu tidak di politisasi.
Konsekuensi terakhir dari demokrasi adalah hak setiap warga untuk
aktif dalam berpolitik. Setiap warga negara berhak memilih dan dipilih,
begitulah bunyi Undang-undang negeri ini. Artinya kita punya kesempatan
tidak hanya sebagai follower tetapi juga sebagai leader.
Dalam berpolitik dan bernegara, tentu ada mereka yang aktif bergerak,
dan lebih banyak yang menunggu dan mengikut. Sering disebut dengan
istilah, active and creative minority, ya perubahan selalu di inisiasi dari sebagia kecil orang.
Indonesia negara hukum, dan salah satu tugas penting dari para
politisi adalah mengeluarkan produk hukum untuk kesejahteraan rakyat.
Maka, kesimpulan saya adalah politik adalah alat untuk mencapai
kesejahteraan masyarakat secara luas.
Pengalaman saya sebagai aktivis di kampus, saat itu kami membuat
sekolah informal. Memang aktivitas ini sangat bermanfaat, tetapi bila
bisa ada kebijakan nasional untuk peningkatan kualitas pendidikan dan
itu dilaksanakan dengan baik, tentu manfaat untuk masyarakat lebih luas.
Kamu skeptis atau muak dengan para wakil rakyat dan pejabat
eksekutif? Saya juga, maka saya tidak pernah melepaskan hak politik saya
untuk memilih dan menyampaikan aspirasi, dan saya juga berencana akan
aktif di politik untuk mengubah keadaan. Utopis? Bisa jadi iya, tapi
buat saya tidak karena saya bergerak bersama sahabat-sahabat semua yang
juga resah akan keadaan negeri ini.
Maka manfaatkanlah ilmu yang kamu miliki untuk mengubah keadaan negeri ini dari dalam sistem politik itu sendiri.
Negeri ini butuh lebih banyak anak muda yang mau memikirkan dan
berkontribusi dari dalam sistem negeri ini. Menjadi PNS/birokrat, tenaga
ahli anggota legislatif, staf pendukung badan/kementerian, atau menjadi
anggota partai politik merupakan contoh-contoh pilihan berkontribusi
dari dalam sistem demokrasi negeri ini.
Tentu tidak semua anak muda harus aktif berpolitik, tetapi saya
sangat yakin percaya bahwa demokrasi yang berkualitas akan terwujud bila
anak muda Indonesia menggunakan hak politik mereka, yakni memilih dan
menyampaikan aspirasinya.
Selamat berpolitik.
setuju bgt
BalasHapusUntuk kang Dede jika ada tulisan yang di ambil dari satu sumber, tolong di tampilkan sumbernya, tanks
BalasHapus