Pelajaran tentang kepemimpinan tiada akan ada habisnya.
Selama masih ada kelompok pasti pemimpin
akan selalu dibutuhkan. Bila perjalanan berdua saja dibutuhkan pemimpin agar tidak salah sarah dan kesasar.
Agar perjalanan memiliki makna yg kuat. Tapi perlu di ingat. Di balik
kepemimpinan yang handal diperlukan juga jiwa pengikut yg taat dan tim yang
solid. Antara leadership-followership
itu satu paket. Presiden saja harus bisa jadi follower bagi amanat rakyat. Tak
terpisahkan. Lebih tepatnya, tidak ada
posisi tertinggi. Kalau kamu jadi leader, pada saat yang bersamaan kamu jadi
follower kepada pihak atau orang lain.
Kalau kamu ingin jadi pemimpin yg kuat. Maka berlatihlah jadi pengikut yang loyal. Karena jadi pemimpin tidsk bisa arogan dan semena-mena. Kalau kamu mau jadi pengikut yang bisa diandalkan. Maka berlatihlah jadi pemimpin yang dinamis. Semua saling berkaitan.
Kalau kamu ingin jadi pemimpin yg kuat. Maka berlatihlah jadi pengikut yang loyal. Karena jadi pemimpin tidsk bisa arogan dan semena-mena. Kalau kamu mau jadi pengikut yang bisa diandalkan. Maka berlatihlah jadi pemimpin yang dinamis. Semua saling berkaitan.
Tapi ada konsep kalau pemimpin yang berpengaruh adalah seorang
follower yang berontak dari sistem. Dalam berapa contoh, memang hal ini
terjadi. Ini cocok buat yang menganut pemimpin
itu dilahirkan bukan dibentuk.
Kepemimpinan itu bisa dilatih. Tapi tentu bukan dari sekedar
diklat saja. Perlu pelibatan langsung. Karena kualitas pemimpin dapat dilihat dari pengalamannya. Pengalaman
memimpin akan membuat seorang semakin bijak dan matang. Saya merasakannya
sendiri dr tahapan diri saya.
Untuk membuat revolusi besar maka diperlukan kepemimpinan
kuat dan berpengaruh serta tim yang solid dan berkapasitas besar. Kuncinya adalah Visi besar. Jiwa besar. Kader militan.
Organisasi solid. Lingkungan produktif. Kepemimpinan berpengaruh. Itulah
semangat yg mesti kita usung agar merevolusi gerombolan kecil menjadi kumpulan
pembaharu peradaban.
Langkah awal sebagai pemimpin
memang cukup krusial. Sering kali banyak yang terpeleset kebijakannya sehingga
masyarakat jadi tidak lagi dukung. Kesan pertama begitu menggoda selanjutnya
terserah anda. Dan tdk ada istilah kesempatan kedua utk kesan pertama. Dalam konteks kepemimpinan. Pengalaman lah yang
akan membuktikan kematangan seseorang. Permasalahan itu berulang. Yang berbeda adalah kemampuan pemimpin menyikapi permasalahan tsb.
Pengalaman lah yg akan berbicara jika hadapi masalah.Maka tak heran banyak orang yang terlihat menjadikan amanah
kepemimpinan sebagai karir. Mungkin tampaknya begitu. Tapi sebenarnya ia hanya menjalani hidupnya
secara luar biasa dan komunitas mengamanahkan dirinya. Bertambahlah
kapasitasnya. Sering kita lihat di
kampus. Ketua himpunan. Lalu jd ketua bem fakultas. Tampak berjenjang kan? Knp saya gunakan tampak dan terlihat. Karena
bisa jadi dia tak merencanakan detail sepert itu. Tapi lingkungan yang dukung
dia tuk jadi pemimpin. Inilah ketika potensi lahiriyah pemimpin di poles oleh
lingkungan yg memberinya kesempatan tuk berkembang. Istilah post power syndrom seringkali terjadi
bila seseorang gagal mengatur emosinya ketika tak memimpin. Terlalu nyaman.
Buat sebagian orang menjadi pemimpin adalah tantangan tersendiri. Banyak kepuasan
yg diraih. Tp ingat jangan sampai sampingkan organisasi. Visi besar organisasi
jgn sampai tertutup oleh ambisi individu. Coba lakukan secara kongruen.
Perlahan tapi sinergi.
Apakah salah bila ada pencapaian pribadi yg diraih selama
menjalankan visi organisasi? Tidak. Boleh. Sbg bekal jika ada amanah lain.
Bicara soal pemimpin
pasti akan sangat terkait dengan tim yg mendukungnya. Seorang yang kuat saja
tdk cukup. Butuh tim yg kuat yg mendukungnya. Ingat, tim bukan bawahan. Tp
mereka yang punya kapasitas selevel. Dalam
organisasi yg saya pimpin saya selalu punya konsep sektor atau koordinator. Merekalah
tim inti. Tim inti sebisa mungkin
kapasitasnya tidak jauh beda sama kita dan sevisi tentunya.
(bersambung...)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar