Semoga Hari ini pikiran kita lebih terbuka bagi jalan baru yang terang menuju keberhasilan kita. Aamiin (Dede Usman)

Refleksi kepemimpinan untuk anak muda.

Pelajaran tentang kepemimpinan tiada akan ada habisnya. Selama masih ada kelompok pasti  pemimpin akan selalu dibutuhkan. Bila perjalanan berdua saja dibutuhkan  pemimpin agar tidak salah sarah dan kesasar. Agar perjalanan memiliki makna yg kuat. Tapi perlu di ingat. Di balik kepemimpinan yang handal diperlukan juga jiwa pengikut yg taat dan tim yang solid.  Antara leadership-followership itu satu paket. Presiden saja harus bisa jadi follower bagi amanat rakyat. Tak terpisahkan.  Lebih tepatnya, tidak ada posisi tertinggi. Kalau kamu jadi leader, pada saat yang bersamaan kamu jadi follower kepada pihak atau orang lain.   

Kalau kamu ingin jadi  pemimpin yg kuat. Maka berlatihlah jadi pengikut yang loyal. Karena jadi pemimpin tidsk bisa arogan dan semena-mena. Kalau kamu mau jadi pengikut yang bisa diandalkan. Maka berlatihlah jadi  pemimpin yang dinamis. Semua saling berkaitan.
Tapi ada konsep kalau  pemimpin yang berpengaruh adalah seorang follower yang berontak dari sistem. Dalam berapa contoh, memang hal ini terjadi. Ini cocok buat yang menganut pemimpin itu dilahirkan bukan dibentuk. 

Kepemimpinan itu bisa dilatih. Tapi tentu bukan dari sekedar diklat saja. Perlu pelibatan langsung. Karena kualitas  pemimpin dapat dilihat dari pengalamannya. Pengalaman memimpin akan membuat seorang semakin bijak dan matang. Saya merasakannya sendiri dr tahapan diri saya.   

Untuk membuat revolusi besar maka diperlukan kepemimpinan kuat dan berpengaruh serta tim yang solid dan berkapasitas besar.  Kuncinya adalah Visi besar. Jiwa besar. Kader militan. Organisasi solid. Lingkungan produktif. Kepemimpinan berpengaruh. Itulah semangat yg mesti kita usung agar merevolusi gerombolan kecil menjadi kumpulan pembaharu peradaban. 

Langkah awal sebagai  pemimpin memang cukup krusial. Sering kali banyak yang terpeleset kebijakannya sehingga masyarakat jadi tidak lagi dukung. Kesan pertama begitu menggoda selanjutnya terserah anda. Dan tdk ada istilah kesempatan kedua utk kesan pertama.  Dalam konteks kepemimpinan. Pengalaman lah yang akan membuktikan kematangan seseorang. Permasalahan itu berulang.  Yang berbeda adalah kemampuan  pemimpin menyikapi permasalahan tsb. Pengalaman lah yg akan berbicara jika hadapi masalah.Maka tak heran banyak orang yang terlihat menjadikan amanah kepemimpinan sebagai karir. Mungkin tampaknya begitu.  Tapi sebenarnya ia hanya menjalani hidupnya secara luar biasa dan komunitas mengamanahkan dirinya. Bertambahlah kapasitasnya.  Sering kita lihat di kampus. Ketua himpunan. Lalu jd ketua bem fakultas. Tampak berjenjang kan?  Knp saya gunakan tampak dan terlihat. Karena bisa jadi dia tak merencanakan detail sepert itu. Tapi lingkungan yang dukung dia tuk jadi  pemimpin. Inilah ketika potensi lahiriyah pemimpin di poles oleh lingkungan yg memberinya kesempatan tuk berkembang.  Istilah post power syndrom seringkali terjadi bila seseorang gagal mengatur emosinya ketika tak memimpin. Terlalu nyaman.   

Buat sebagian orang menjadi  pemimpin adalah tantangan tersendiri. Banyak kepuasan yg diraih. Tp ingat jangan sampai sampingkan organisasi. Visi besar organisasi jgn sampai tertutup oleh ambisi individu. Coba lakukan secara kongruen. Perlahan tapi sinergi.   

Apakah salah bila ada pencapaian pribadi yg diraih selama menjalankan visi organisasi? Tidak. Boleh. Sbg bekal jika ada amanah lain.

Bicara soal  pemimpin pasti akan sangat terkait dengan tim yg mendukungnya. Seorang yang kuat saja tdk cukup. Butuh tim yg kuat yg mendukungnya. Ingat, tim bukan bawahan. Tp mereka yang punya kapasitas selevel.  Dalam organisasi yg saya pimpin saya selalu punya konsep sektor atau koordinator. Merekalah tim inti.  Tim inti sebisa mungkin kapasitasnya tidak jauh beda sama kita dan sevisi tentunya. 

(bersambung...)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Anda