MENURUT Perkiraan kosmolgiwan, kosmologi adalah usaha akal manusia tertua. Ia mendahului ilmu dan muncul terputus-putus ketika manusia primitif melakukan usaha akalnya yang pertama.
Usaha itu diperkirakan terjadi sejak ratusan ribu tahun yang silam. Waktu itu manusia menjelaskan dunia sebagai kegiatan roh yang didorong oleh gerak hati dan emosi menurut khayalan terhadap berbagai gejala alam. Dari usaha itu akhirnya manusia sampai kepada dunia ilmu dan teknologi yang dicapai sekarang.
Dari hasil penelitian sejarah, para kosmologiwan membagi perkembangan peradaban manusia ke dalam tiga alam, yaitu alam antropomorfik, alam antroposentrik dan alam antropometrik.
Zaman kegaiban adalah zaman keramahan dan kekejaman penjelmaan roh-roh dalam bentuk binatang dan pohon, zaman kehidupan tanah, air, angin, dan api. Segala yang terjadi dijelaskan dengan cepat dan mudah, oleh tindangan dan dorongan roh-roh yang gentayangan. Karena itulah zaman itu disebut zaman antropomorfik, dimana lelaki dan perempuan mengarahkan emosi dan pemikirannya sebagai kekuatan yang menuntun. Ia adalah dunia yang menyenangkan dan menakutkan, sebagaimana digambarkan dalam jenis bacaan anak-anak tentang kisah-kisah peri.
Dari zaman keemasan magis ini muncul ketekutan awal terhadap ancaman kegelapan dan kemarahan badai, serta pesona terhadap sihir terbit matahari dan pelangi melalui saling asuhnya manusia yang masih satu jenis diseluru prasejarah zaman kegaiban dengan kebudayaan (bahasa, mitos, kode sosial, hukum, teknologi) yang menyebar kemana-mana.
Kemudian para Ilmuwan memperkirakan fajar sejarah terjadi hampir 10.000 tahun yang silam. Negara-negara kota awal mencapai konsep-konsep alam yang bersifat lebih teori.
Mitologi adalah kosmologi pra ilmiah. Ia menganyam mitos kedalam dunia gambar-gambar, yang melukiskan usaha-usaha terawal yang kita kenal, untuk menjelaskan alam dengan pemikiran sistematis. Mitologi bangsa Sumeria, Assyro-Babilonia, Yunani, Yahudi, Cina, Norse, dan Maya, adalah beberapa diantaranya. Mitologi ini memiliki kepentingan sejarah, karena mereka menggambarkan pandangan manusia awal terhadap alam. Mitos penciptaan, seringkali sukar ditafsirkan, merupakan kepentingan-kepentingan khusus.
Mitos tertua yang dikenal adalah dari Mesopotamia. Cerita dimulai dengan : "Ketika Syurga diatas bumi di bawah belum bernama", terdapat apsu awal --lingkaran jurang-dalam berair-- dan juga kekuatan Tiamat Buta yang gegap gempita. Dari pencampuran Apsu dan Tiamat, akhirnya muncul dinasti dewa-dewi, yang sejaranya membangkitkan semangat dan peperangan. Termasuk bencana seperti banjir besar, sebagai pola penelitian mitologi.
Menurut mitos mesir kuno, sebelum penciptaan, ada Atum, "roh" yang madih tidak berbentuk, merasa bosan tinggal di dalam jurang lautan awal Nun "dalam kehadirannya yang singkat". Maka Atum, dalam jelmaan Atum-Ra, menciptakan dewa-dewa dan dewi-dewi, mahluk hidup dan semua duninya yang mereka tinggali. Atum Ra, menjelmakan diri menjadi Ra (dewa Matahari). Semenjak itu sekitar abad 15 sebelum Masehi dewa-dewi demikian banyak. Yang tercatat saja, tidak kurang dari 700 nama.
Mitos-mitos itu terdapat disemua peradaban kuno, baik India, Cina, yunani hingga Jerman dan Norce.
Konsepsi Antroposentrik dibawa ke dalam kosmologi Bumi-dipusat alam. Pada abad 4 sebelum Masehi, alam Aristoteles adalah Geosentrik (atau bumi dipusat). Bumi yang bulat berda dipusat alam. Bulan, Matahari, palnet-planet dan bintang-bintang bertempelan pada bola-bola langit yang tembus pandang, yang berputar mengelilingi bumi. Daerah-daerah langit diantara bumi dan bulan berisi benda-benda bumi yang nyata dalam keadaan yang terus berubah. Daerah-daerah langit sebelah luar bola-bola langit berisi benda-benda eter dan tidak nyata dalam keadaan tidak berubah. selanjutnya perubahan dari sistem ini, yang membawa kepada persesuaian yang rapat denga pengamatan-pengamatan astronomi, memuncak pada sistem Ptolomeus sekitar 140 Masehi.
Zaman pertengahan (abad 5 hingga 15) adalah kegelapan yang tidak terlalu mengerikan. lam pertengahan yang muncul pada abad 13 dab berakhir hingga abad 16, mungkin merupakn kosmologi paling emuaskan dalam sejarah penelitian. Umat Kristen, Umat Yahudi dan Umat Muslim mrestui pola kosmis, karena manusia memiliki tempat paling penting dalam lingkungan alam Aristoteles yang terbatas dan berputar mengililingi bumi.
Usaha itu diperkirakan terjadi sejak ratusan ribu tahun yang silam. Waktu itu manusia menjelaskan dunia sebagai kegiatan roh yang didorong oleh gerak hati dan emosi menurut khayalan terhadap berbagai gejala alam. Dari usaha itu akhirnya manusia sampai kepada dunia ilmu dan teknologi yang dicapai sekarang.
Dari hasil penelitian sejarah, para kosmologiwan membagi perkembangan peradaban manusia ke dalam tiga alam, yaitu alam antropomorfik, alam antroposentrik dan alam antropometrik.
Alam Antropomorfik
Alam Antropomorfik atau alam khayalan, disebut zaman kegaiban. Ini adalah zaman awal, kosmologi lenyap dalam kekaburan waktu.Zaman kegaiban adalah zaman keramahan dan kekejaman penjelmaan roh-roh dalam bentuk binatang dan pohon, zaman kehidupan tanah, air, angin, dan api. Segala yang terjadi dijelaskan dengan cepat dan mudah, oleh tindangan dan dorongan roh-roh yang gentayangan. Karena itulah zaman itu disebut zaman antropomorfik, dimana lelaki dan perempuan mengarahkan emosi dan pemikirannya sebagai kekuatan yang menuntun. Ia adalah dunia yang menyenangkan dan menakutkan, sebagaimana digambarkan dalam jenis bacaan anak-anak tentang kisah-kisah peri.
Dari zaman keemasan magis ini muncul ketekutan awal terhadap ancaman kegelapan dan kemarahan badai, serta pesona terhadap sihir terbit matahari dan pelangi melalui saling asuhnya manusia yang masih satu jenis diseluru prasejarah zaman kegaiban dengan kebudayaan (bahasa, mitos, kode sosial, hukum, teknologi) yang menyebar kemana-mana.
Kemudian para Ilmuwan memperkirakan fajar sejarah terjadi hampir 10.000 tahun yang silam. Negara-negara kota awal mencapai konsep-konsep alam yang bersifat lebih teori.
Alam Antroposentrik
Alam Antroposentrik disebut juga Zaman Mitologi. Roh-roh gentayangan yang pernah ada di mana-manamenggerakan segala sesuatu, mengasingkan diri dan menjadi dewa dan dewi ditempat jauh. Merekalah yang menjelmakan teori-teori pemikiran dan bahasa.Mitologi adalah kosmologi pra ilmiah. Ia menganyam mitos kedalam dunia gambar-gambar, yang melukiskan usaha-usaha terawal yang kita kenal, untuk menjelaskan alam dengan pemikiran sistematis. Mitologi bangsa Sumeria, Assyro-Babilonia, Yunani, Yahudi, Cina, Norse, dan Maya, adalah beberapa diantaranya. Mitologi ini memiliki kepentingan sejarah, karena mereka menggambarkan pandangan manusia awal terhadap alam. Mitos penciptaan, seringkali sukar ditafsirkan, merupakan kepentingan-kepentingan khusus.
Mitos tertua yang dikenal adalah dari Mesopotamia. Cerita dimulai dengan : "Ketika Syurga diatas bumi di bawah belum bernama", terdapat apsu awal --lingkaran jurang-dalam berair-- dan juga kekuatan Tiamat Buta yang gegap gempita. Dari pencampuran Apsu dan Tiamat, akhirnya muncul dinasti dewa-dewi, yang sejaranya membangkitkan semangat dan peperangan. Termasuk bencana seperti banjir besar, sebagai pola penelitian mitologi.
Menurut mitos mesir kuno, sebelum penciptaan, ada Atum, "roh" yang madih tidak berbentuk, merasa bosan tinggal di dalam jurang lautan awal Nun "dalam kehadirannya yang singkat". Maka Atum, dalam jelmaan Atum-Ra, menciptakan dewa-dewa dan dewi-dewi, mahluk hidup dan semua duninya yang mereka tinggali. Atum Ra, menjelmakan diri menjadi Ra (dewa Matahari). Semenjak itu sekitar abad 15 sebelum Masehi dewa-dewi demikian banyak. Yang tercatat saja, tidak kurang dari 700 nama.
Mitos-mitos itu terdapat disemua peradaban kuno, baik India, Cina, yunani hingga Jerman dan Norce.
Reruntuhan Machu Picchu, Kbudayaan Inca yang letaknya diatas bukit bertebing curam berbahaya
diatas sungai Urubamba berarus deras di Peru.
Zaman Peralihan
Dewa-dewa mitologi, tidak jadi soal betapa kuat dan jauhnya mereka, terus melayani dan melindungi manusia. dalam alam antroposentrik, manusia tetap terjamin sebagai pusat yang penting. Alam menggumpal disekita pusat, dan menusia menonjol di pusat itu.Konsepsi Antroposentrik dibawa ke dalam kosmologi Bumi-dipusat alam. Pada abad 4 sebelum Masehi, alam Aristoteles adalah Geosentrik (atau bumi dipusat). Bumi yang bulat berda dipusat alam. Bulan, Matahari, palnet-planet dan bintang-bintang bertempelan pada bola-bola langit yang tembus pandang, yang berputar mengelilingi bumi. Daerah-daerah langit diantara bumi dan bulan berisi benda-benda bumi yang nyata dalam keadaan yang terus berubah. Daerah-daerah langit sebelah luar bola-bola langit berisi benda-benda eter dan tidak nyata dalam keadaan tidak berubah. selanjutnya perubahan dari sistem ini, yang membawa kepada persesuaian yang rapat denga pengamatan-pengamatan astronomi, memuncak pada sistem Ptolomeus sekitar 140 Masehi.
Zaman pertengahan (abad 5 hingga 15) adalah kegelapan yang tidak terlalu mengerikan. lam pertengahan yang muncul pada abad 13 dab berakhir hingga abad 16, mungkin merupakn kosmologi paling emuaskan dalam sejarah penelitian. Umat Kristen, Umat Yahudi dan Umat Muslim mrestui pola kosmis, karena manusia memiliki tempat paling penting dalam lingkungan alam Aristoteles yang terbatas dan berputar mengililingi bumi.
menurut ukuran bangsa Arab dan Eropa, waktu itu merupakan alam rasional yang sangat teratur, sehingga setipa orang dapat memahaminya. Ia menempatkan dan menonjolkan tempat manusia dan cakrawala. Dengan demikian memberi dasar yang terjamin kepada agama, dan ia memberi arti dan tujuan untuk hidup manusia di dunia. Sebalumnya atau sejak itu, kosmologi tidak pernah memiliki pelayanan dalam cara yang demikian bersemangat bagi kebutuhan orang-orang biasa sehari-hari. secara serempak kosmologi merupakan agama mereka, falsafah mereka dan ilmu mereka.
Kemudian terjadi pendobrakan yang dikenel sebagai Revolusi Covernicus. Pada abad 16 Covernicus membuka kecenderungan pemikiran astronomi yang telah ditetapkan ilmu Yunani 2000 tahun sebelumnya, dan mengemukakan alam heliosentrik (atau matahari dipusat). selanjutnya alam heliosentrik dirubah menjadi alamraya Newton yang tak terbatas dan tak terpusat dengan teori gravitasinya. akibat dari Revolusi Copernicus, alam planet dan bintang berhenti menjadi antroposentrik, dan dasar-dasar itu dihamparkan untuk kosmologi modern.
tetapi alam biologis, diman setiap orang dinyatakan jauh lebih penting dari alam wujud bintang-bintang, tetap mengakar pada antroposentrik. Alam biologis merupakan rantai besar kehidupan. Satu rantai dari mata rantai tak terhitung, yang menuru dan manusia melalui semua bentuk kehidupan lebih rendah hingga benda mati, dan menaik dari manusia melalui urutan mahluk lembut hingga ke Tuhan pencipta alam.
Manusia adalah mata rantai unik yang menghubungkan dunia lembut dan dunia kasar, dan merupakan poros dari dunia lahir dan batin. Nahkan dalam wujud besar tak terbatas, yang dicabut pertama dari bumi dan Matahari sebagai pusatnya, masih mungkin berpegang teguh pada gagasan-gagasan lama yang menggambarkan manusia sebagai pusat yang penting dalam pola kosmis. dewa-dewa selalu misterius, dan setelah revolusi covernicus, mereka bahkan lebih misterius dan lebih jauh untuk dijangkau.
Kemudian terjadi pendobrakan yang dikenel sebagai Revolusi Covernicus. Pada abad 16 Covernicus membuka kecenderungan pemikiran astronomi yang telah ditetapkan ilmu Yunani 2000 tahun sebelumnya, dan mengemukakan alam heliosentrik (atau matahari dipusat). selanjutnya alam heliosentrik dirubah menjadi alamraya Newton yang tak terbatas dan tak terpusat dengan teori gravitasinya. akibat dari Revolusi Copernicus, alam planet dan bintang berhenti menjadi antroposentrik, dan dasar-dasar itu dihamparkan untuk kosmologi modern.
tetapi alam biologis, diman setiap orang dinyatakan jauh lebih penting dari alam wujud bintang-bintang, tetap mengakar pada antroposentrik. Alam biologis merupakan rantai besar kehidupan. Satu rantai dari mata rantai tak terhitung, yang menuru dan manusia melalui semua bentuk kehidupan lebih rendah hingga benda mati, dan menaik dari manusia melalui urutan mahluk lembut hingga ke Tuhan pencipta alam.
Manusia adalah mata rantai unik yang menghubungkan dunia lembut dan dunia kasar, dan merupakan poros dari dunia lahir dan batin. Nahkan dalam wujud besar tak terbatas, yang dicabut pertama dari bumi dan Matahari sebagai pusatnya, masih mungkin berpegang teguh pada gagasan-gagasan lama yang menggambarkan manusia sebagai pusat yang penting dalam pola kosmis. dewa-dewa selalu misterius, dan setelah revolusi covernicus, mereka bahkan lebih misterius dan lebih jauh untuk dijangkau.
Lalu pada abad 19, terjadi lagi revolusi yang paling mengerikan, yaitu Revolusi Darwin. Manusia, yang sampai saat itu menjadi ciri pusat dalam drama kosmis, dijatuhkan menjadi bersanak dengan binatang buas. Dewa-dewa yang telah melindungi dan menyenangi manusia, dilemparkan keluar dari alam wujud.
Alam antropomorfik dan atroposentrik merupakan pandangan salah dalam hampir semua rinciannya. Alam pertengahan dan rantai besar kehidupan jadi lenyap. Akhirnya ilmu adalah pemenang, membubarkan mitos masa lalu. Kita menghargai Zaman Kebangkitan (Renaissance, abad 15 hingga 17) dengan kebangkitan kembali seni dan pengetahuan yang besar. Kita menyambut Zaman Penjelasan (abad 17 hingga 18) dengan keyakinan terhadap kekuatan petimbangan manusia. Kita juga menyambut kemunculan Zaman Ilmu (abad 17 hingga 20), walupun kita cenderung melupakan kebingungan terhadap asal manusia di alam ini, yang dari abad ke abad menuju kearah yang lebih suram dan bodoh. Dengan pembalikan alam lama antropomorfik dan antroposentrik manusia tekatung-katung dalam tujuannya yang mengambang di alam tanpa arti.
Kita punya ingatan, atau sebagian orang akan mengatakan kita punya otak. Untuk maksud ini, kita tak perlu menyelidiki ke dalam alam ingatan dan berusaha menyelidiki rahasianya. Tidak jadi soal, apakah kita memajukan ingatan sebagai satu kesatuan wujud yang tidak nyata, atau sebagian otak nyata yang berdenyut dengan kegiatan bioelektronik.
kita punya ingatan, tempat menuangkan informasi kedalamnya. dari informasi ini, ingatan kita menyusun alam Aritoteles, Copernicus, Newton, dan lain-lainnya. Kita mengamati tetumbuhan, pot bunga dan benda lain. lalu memikirkan teori besar untuk menjelaskannya, dan teori-teori tersebut bukan terletak pada benda yang diamati, melainkan dengan ingatan kita.
Pada setiap langkahnya dalam sejarah kosmologi, ada alam yang berbeda. Masing-masing alam itu adalah topeng yang dipikirkan manusia dengan membuat teorinya tentang hal-hal yang diamati dan dialami. Jadi setiap topeng atau setiap alam, adalah antropometrik, karena ia dipikirkan oleh manusia, dan berisi gagasan yang ditemukan manusia.
Bagi mereka yang merasa kehilangan pada alam modern yang luas dan nampak, tidak berarti dalam kenyataannya ada yang menyenangkan bahwa tidak semua alam adalah antripometrik. Alam petengahan dibuat dan diukur oleh orang, walaupun para ahli zaman pertengahan dengan keras menolak akan menolak pemikiran ini. Alam modrn, dengan otak bioelektroniknya yang mempertimbangkan hal itu, juga buatan manusia. Seperti alam pertengahan yang dapat memudar sejalan dengan waktu. Alam masa datang juga hampir dapat dipastikan akan berbeda dari alam modern kita. Mereka semua akan menjadi antropometrik, karena "manusia adalah ukuran semua hal" yang diadakan manusia. Tentu saja alam raya bukan buatan manusia. Ia adalah buatan Mahateknologiwan, yang kita sendiri tidak punya pengetahuan pasti tentang sebenarnya Mahateknologiwan itu.
Pengetahuan itu hanya mungkin kita peroleh dari Mahateknologiwan penciptanya sendiri. Karena itu, bagai mana bisa kita menjauhi buku panduan dari pencipta itu, mengingat ia hadir dan kita tidak dapat menolak kenyataan kehadirannya. Bahkan ilmu sendiri tidak dapat membantah keabsahan buku panduan tersebut, karena hadirnya buku (Taurat, Zabur, injil dan Alquran) pada kurun zaman yang berlainan dan suku bangsa yang berbeda dengan berita sejarah yang sama, merupakan bukti yang lebih cukup untuk dipercayai.
Adalah sebuah kebodohan kalau karena kebencian terhadap sebuah agama karena dasar kepercayaan yang tidak rasional, lalu kita tidak mau mempelajari buku pedoman agama itu. Karena kita tidak punya bahan pembanding yang sangat penting bagi dunia dalam mencari kebenaran akhir.
Alam antropomorfik dan atroposentrik merupakan pandangan salah dalam hampir semua rinciannya. Alam pertengahan dan rantai besar kehidupan jadi lenyap. Akhirnya ilmu adalah pemenang, membubarkan mitos masa lalu. Kita menghargai Zaman Kebangkitan (Renaissance, abad 15 hingga 17) dengan kebangkitan kembali seni dan pengetahuan yang besar. Kita menyambut Zaman Penjelasan (abad 17 hingga 18) dengan keyakinan terhadap kekuatan petimbangan manusia. Kita juga menyambut kemunculan Zaman Ilmu (abad 17 hingga 20), walupun kita cenderung melupakan kebingungan terhadap asal manusia di alam ini, yang dari abad ke abad menuju kearah yang lebih suram dan bodoh. Dengan pembalikan alam lama antropomorfik dan antroposentrik manusia tekatung-katung dalam tujuannya yang mengambang di alam tanpa arti.
Alam Antropometrik
Ilmuwan percaya bahwa alam tidak antropomorfik. Ia tidak dibangun dalam khayalan manusia, dan ia bukan dunia gaib yang dihampiri kegiatan roh-roh. kuga ilmuwan percaya, bahwa lam tidak antroposentrik. Manusia tidak berda dipusatnya, dan bukan dipertimbangkan karena kehadirannya. dengan kata lain. dunia tidak dikendalikan oleh dewa-dewi. sebaliknya, manusia adalah ukuran alam, dan karena itu alam adalah antropometrik.Kita punya ingatan, atau sebagian orang akan mengatakan kita punya otak. Untuk maksud ini, kita tak perlu menyelidiki ke dalam alam ingatan dan berusaha menyelidiki rahasianya. Tidak jadi soal, apakah kita memajukan ingatan sebagai satu kesatuan wujud yang tidak nyata, atau sebagian otak nyata yang berdenyut dengan kegiatan bioelektronik.
kita punya ingatan, tempat menuangkan informasi kedalamnya. dari informasi ini, ingatan kita menyusun alam Aritoteles, Copernicus, Newton, dan lain-lainnya. Kita mengamati tetumbuhan, pot bunga dan benda lain. lalu memikirkan teori besar untuk menjelaskannya, dan teori-teori tersebut bukan terletak pada benda yang diamati, melainkan dengan ingatan kita.
Pada setiap langkahnya dalam sejarah kosmologi, ada alam yang berbeda. Masing-masing alam itu adalah topeng yang dipikirkan manusia dengan membuat teorinya tentang hal-hal yang diamati dan dialami. Jadi setiap topeng atau setiap alam, adalah antropometrik, karena ia dipikirkan oleh manusia, dan berisi gagasan yang ditemukan manusia.
Bagi mereka yang merasa kehilangan pada alam modern yang luas dan nampak, tidak berarti dalam kenyataannya ada yang menyenangkan bahwa tidak semua alam adalah antripometrik. Alam petengahan dibuat dan diukur oleh orang, walaupun para ahli zaman pertengahan dengan keras menolak akan menolak pemikiran ini. Alam modrn, dengan otak bioelektroniknya yang mempertimbangkan hal itu, juga buatan manusia. Seperti alam pertengahan yang dapat memudar sejalan dengan waktu. Alam masa datang juga hampir dapat dipastikan akan berbeda dari alam modern kita. Mereka semua akan menjadi antropometrik, karena "manusia adalah ukuran semua hal" yang diadakan manusia. Tentu saja alam raya bukan buatan manusia. Ia adalah buatan Mahateknologiwan, yang kita sendiri tidak punya pengetahuan pasti tentang sebenarnya Mahateknologiwan itu.
Pengetahuan itu hanya mungkin kita peroleh dari Mahateknologiwan penciptanya sendiri. Karena itu, bagai mana bisa kita menjauhi buku panduan dari pencipta itu, mengingat ia hadir dan kita tidak dapat menolak kenyataan kehadirannya. Bahkan ilmu sendiri tidak dapat membantah keabsahan buku panduan tersebut, karena hadirnya buku (Taurat, Zabur, injil dan Alquran) pada kurun zaman yang berlainan dan suku bangsa yang berbeda dengan berita sejarah yang sama, merupakan bukti yang lebih cukup untuk dipercayai.
Adalah sebuah kebodohan kalau karena kebencian terhadap sebuah agama karena dasar kepercayaan yang tidak rasional, lalu kita tidak mau mempelajari buku pedoman agama itu. Karena kita tidak punya bahan pembanding yang sangat penting bagi dunia dalam mencari kebenaran akhir.
Ketika kesadaran-atas-potensi akal menurun, manusi modern pun kembali ke awal peradabanya,
seperti kaum nudis pada gambar
salam pelangi...
Dede usman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar